Pada malam yang kelam, tepatnya Kamis (13/11) sekitar
pukul 19.20 WIB, ketenangan di Dusun Tarukahan dan Dusun Cibuyut, Desa
Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, seketika pecah oleh suara
gemuruh. Suara yang berasal dari perbukitan itu menjadi pertanda datangnya
bencana. Tak lama berselang, material tanah dalam volume besar meluncur deras,
menimbun rumah-rumah warga.
Bencana longsor ini meninggalkan duka mendalam.
Berdasarkan pendataan awal, 21 warga dikabarkan tertimbun material longsor pada
malam kejadian.
Respon Cepat di Tengah
Keterbatasan
Merespons tragedi kemanusiaan ini, Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Polri) bersama Pemerintah Kabupaten Cilacap segera bergerak
cepat. Sebuah Posko Tanggap Darurat didirikan untuk memusatkan koordinasi
penanganan bencana. Tujuannya adalah memastikan masyarakat yang terdampak
menerima bantuan secepat dan setepat mungkin.
Sejak malam pertama, Posko ini telah dilengkapi dengan
fasilitas esensial, mulai dari rumah sakit darurat, area layanan medis cepat,
hingga tenda-tenda pengungsian bagi warga yang kehilangan tempat tinggal.
Selain itu, tim khusus trauma healing juga diterjunkan untuk memberikan
pendampingan psikologis bagi keluarga korban dan warga yang selamat. Fasilitas
ini menjadi pusat perlindungan dan dukungan emosional, mengingat besarnya
tekanan yang dialami warga.
Kapolresta Cilacap melaporkan bahwa jajaran Polri telah
tiba di lokasi sejak malam bencana dan langsung berkoordinasi dengan Kalakhar
BPBD Provinsi, Kepala BPBD Kabupaten Cilacap, Basarnas, serta perangkat desa.
Namun, karena kondisi yang gelap gulita dan struktur tanah yang sangat labil,
operasi pencarian di malam hari terpaksa dibatasi. Pencarian skala penuh baru
dapat dilanjutkan kembali pada pukul 07.00 WIB keesokan harinya.
Mengerahkan Kekuatan
Penuh dalam Misi Kemanusiaan
Untuk mempercepat proses evakuasi dan pencarian, Polri
mengerahkan total 155 personel, terdiri dari 125 personel Polresta Cilacap dan
30 personel Brimob. Tidak hanya itu, 4 anjing pelacak (Unit K9) juga dikerahkan
untuk mendeteksi titik-titik yang diduga kuat menjadi lokasi tertimbunnya
korban.
Di lapangan, medan yang sangat berat dan tebalnya
timbunan tanah menjadi tantangan besar. Penggunaan alat berat masih terhambat,
sehingga personel bekerja menggunakan peralatan manual seperti cangkul dan
senso.
Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Trunoyudo
Wisnu Andiko, S.I.K., menegaskan komitmen institusinya dalam misi ini. Beliau
menyampaikan bahwa Polri bekerja all out dalam misi kemanusiaan ini.
"Setiap personel dikerahkan dengan penuh
tanggung jawab, menggabungkan pencarian manual, dukungan anjing pelacak, serta
layanan trauma healing bagi keluarga korban," ujar Brigjen Pol
Trunoyudo Wisnu Andiko, S.I.K. Menurut beliau, keselamatan warga dan anggota
tim pencarian merupakan prioritas utama.
Perkembangan Terbaru
dan Imbauan Kewaspadaan
Upaya keras tim gabungan membuahkan hasil. Kapolresta
Cilacap melaporkan perkembangan terbaru, di mana pada pukul 10.45 WIB hari ini,
satu korban berhasil ditemukan. Korban atas nama Yuni dari Dusun Tarukahan,
yang sebelumnya dinyatakan hilang, berhasil dievakuasi.
Dengan ditemukannya Ibu Yuni, jumlah warga yang masih
dalam pencarian kini berkurang menjadi 20 orang. Operasi pencarian korban di
Dusun Tarukahan dan Dusun Cibuyut terus dilakukan dengan kehati-hatian tinggi,
mengingat kondisi tanah yang masih labil dan potensi terjadinya longsor
susulan.
Polri mengimbau kepada seluruh masyarakat di sekitar
lokasi bencana untuk tetap waspada, menjauhi area tebing yang rawan runtuhan,
dan mengikuti seluruh instruksi yang diberikan oleh petugas di lapangan.
Operasi SAR akan dilanjutkan sepanjang hari dengan kekuatan penuh,
berkolaborasi dengan BPBD, Basarnas, TNI, relawan SAR, dan pemerintah daerah
hingga seluruh korban berhasil ditemukan.



Posting Komentar