Gunung Semeru, yang terletak di perbatasan Kabupaten
Lumajang dan Malang, adalah salah satu gunung berapi teraktif di Indonesia.
Saat ini, statusnya berada di Level II (Waspada). Berdasarkan data dari Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), selama tahun 2025 saja,
gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut ini sudah meletus sebanyak
2.449 kali.
Bahaya Ganda dari Gunung Semeru: Erupsi dan Banjir
Lahar Dingin
Meskipun erupsi menjadi ancaman utama, ada bahaya
sekunder lain yang tidak kalah mengkhawatirkan: banjir lahar dingin. Risiko ini
terutama meningkat saat musim hujan. Tiga sungai yang paling berpotensi
terdampak adalah Sungai Besuk Kobokan, Sungai Besuk Lanang, dan Sungai Regoyo.
Pada tahun 2024, curah hujan yang tinggi memicu banjir
lahar dingin yang meluap dari Sungai Regoyo, Sungai Mujur, dan Sungai Glidik.
Kejadian ini berdampak pada sembilan kecamatan di Kabupaten Lumajang, antara
lain Pronojiwo, Candipuro, dan Pasirian.
Dampak yang ditimbulkan sangat besar. Banjir lahar dingin
merusak empat rumah, satu sepeda motor, 24 DAM irigasi, dan 17 jembatan. Delapan
dari jembatan tersebut bahkan putus total. Tragisnya, dua warga meninggal dunia
setelah terbawa arus di Kecamatan Candipuro.
Sistem Peringatan Dini untuk Antisipasi Bencana
Menyikapi potensi bencana ini, diperlukan kolaborasi
berbagai lembaga untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat. Hal ini bertujuan
untuk mengurangi risiko dan korban jiwa. Saat ini, sistem peringatan dini sudah
dipasang oleh beberapa instansi seperti BMKG dan PVMBG.
Untuk memperkuat sistem tersebut, Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan Pemerintah Swiss melalui
Swiss Agency for Development and Cooperation (SDC). Mereka memasang perangkat
tambahan, yaitu empat unit Automatic Rain Gauge (ARG) atau alat penakar hujan
otomatis dan satu unit Automatic Weather Station (AWS) atau stasiun cuaca
otomatis.
Sensor ARG dipasang di Pos Pengamat Gunungapi (PGA)
Gunung Sawur, Stasiun Ranu Kumbolo, Stasiun Besuk Bang, dan Stasiun Tawon
Songo. Sementara itu, sensor AWS ditempatkan di Stasiun Argosuko. Semua sensor
ini dilengkapi panel surya dan sistem teletransmisi.
Sistem baru ini akan melengkapi perangkat yang sudah ada,
memungkinkan pemantauan dari hulu ke hilir. Diharapkan, alat-alat ini mampu
meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat di empat desa prioritas, yaitu Jugosari,
Gondoruso, Pasrujambe, dan Kertosari.
Pemasangan sensor ini merupakan hasil kerja sama antara
BNPB, PVMBG, BMKG, dan BPBD Kabupaten Lumajang. Dengan kolaborasi lintas
lembaga, diharapkan pemantauan dan peringatan dini bencana lahar hujan di
Gunung Semeru dapat berjalan lebih efektif dan terkoordinasi.




Posting Komentar