10 Bencana Menonjol: Longsor Sulsel hingga Erupsi Lewotobi, BNPB Terus Mendampingi

 



Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kembali merangkum laporan harian terkini mengenai peristiwa bencana yang terjadi di seluruh Indonesia. Laporan yang mencakup periode 26 hingga 27 September 2025 ini menyoroti sepuluh kejadian yang menimbulkan dampak signifikan bagi masyarakat.

 

Fokus pada Dua Kejadian Baru

Laporan terbaru mencatat adanya dua kejadian baru yang memerlukan perhatian cepat.

Di Sulawesi Selatan, tanah longsor melanda Desa Leppangeng, Kecamatan Pitu Riase, Kabupaten Sidenreng Rappang, pada Jumat (26/9). Bencana ini dipicu oleh tingginya curah hujan dan berdampak pada 227 Kepala Keluarga (KK) atau 858 jiwa. Longsor juga memutus satu-satunya jalur penghubung antardesa tanpa ada jalan alternatif. Hingga hari ini, segenap unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) sedang berupaya membuka kembali jalur tersebut. Namun, tantangan di lapangan adalah kondisi cuaca yang sering berubah-ubah.

Sementara itu, di Aceh Besar, Aceh, musibah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi pada Jumat (26/9) malam. Api yang terdeteksi di Gampong Babah Jurong, Kecamatan Kuta Baro, menghanguskan sekitar 2,5 hektare lahan. Berkat respons cepat dari unsur Forkopimda setempat, api berhasil dipadamkan. Kedua kejadian ini masih terus dipantau dan belum ada penetapan status tanggap darurat.

 

Pemutakhiran Bencana Hidrometeorologi

Data bencana yang dipicu oleh faktor hidrometeorologi juga menunjukkan pemutakhiran:

Banjir Bandang di NTT: Pemutakhiran data di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, mencatat bencana ini sebelumnya telah menelan enam korban jiwa, tiga orang hilang, dan 22 orang luka-luka, serta berdampak pada total 34.812 jiwa. Saat ini, 36 KK atau 147 jiwa masih tercatat mengungsi, dan 105 unit rumah mengalami kerusakan. Pemerintah Kabupaten Nagekeo telah menetapkan status tanggap darurat sejak 9 hingga 30 September 2025, dengan pendampingan penuh dari Kedeputian Bidang Penanganan Darurat BNPB.

Kekeringan di Jawa Tengah: Bencana kekeringan masih berlanjut di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dan telah memengaruhi 2.527 KK atau 8.851 jiwa. Status siaga darurat berlaku sejak 1 Agustus hingga 31 Oktober 2025. Hingga 26 September 2025, distribusi air bersih telah mencapai 403 tangki atau setara 2.015.000 liter.

Cuaca Ekstrem di Sumatera Utara: Cuaca ekstrem yang melanda 6 kelurahan di 4 kecamatan di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, pada Selasa (23/9), berdampak pada 101 rumah yang dihuni 101 KK. Karena masifnya kerusakan yang terjadi, proses penanganan masih terus berjalan hingga hari ini.

 

Dampak Gempa M 5,7 Jawa Timur dan Bali

Gempa bumi berkekuatan Magnitudo 5,7 yang mengguncang wilayah Jawa Timur dan Bali pada (25/9) sore, telah mengakibatkan satu orang luka ringan. Selain itu, kerusakan properti tercatat mencapai 51 unit rumah rusak berat, 23 unit rumah rusak sedang, dan 50 unit rumah rusak ringan.

Sebagai wilayah yang paling parah terdampak, Kabupaten Situbondo telah menetapkan status tanggap darurat melalui keputusan Bupati. BNPB pun telah memberikan pendampingan dalam proses pendataan dan pemenuhan kebutuhan mendesak bagi masyarakat.

Sebagai respons awal, BNPB menyalurkan sejumlah bantuan, antara lain 50 unit tenda keluarga, 1 unit tenda pengungsi, 200 paket sembako, 100 lembar selimut, 100 lembar matras, dan 100 lembar terpal. Selain itu, BNPB juga mendampingi posko lapangan yang berfungsi sebagai wadah koordinasi terpusat bagi seluruh unsur yang terlibat selama fase penanganan darurat.

 

Aktivitas Gunungapi Lewotobi Laki-Laki Masih 'Awas'

Aktivitas vulkanik Gunungapi Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, masih menjadi perhatian utama. Hingga saat ini, gunung tersebut masih mengalami erupsi dengan tingkat yang bervariasi. Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) berulang kali menaikkan dan menurunkan level dari Siaga (Level III) menjadi Awas (Level IV).

Saat ini, status Gunungapi Lewotobi Laki-Laki tetap berada pada Level IV atau Awas. Erupsi gunung ini sebelumnya menyebabkan 10 korban jiwa dan memaksa 823 KK atau 3.177 jiwa mengungsi. Pemerintah daerah telah menetapkan status tanggap darurat sejak 15 September hingga 31 Desember 2025, dengan pendampingan penuh dari BNPB.

 

Pemutakhiran Data Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla)

Data terkini mengenai Karhutla juga menunjukkan perkembangan di beberapa provinsi:

Sumatera Selatan: Sejak awal tahun hingga 25 September 2025, karhutla telah membakar 2.935,84 hektare lahan. Provinsi ini masih berstatus siaga darurat hingga 30 November 2025.

Riau: Luas kebakaran mencapai 1.884,04 hektare, dengan tambahan sekitar 0,8 hektare pada 26 September 2025. Provinsi ini memberlakukan status transisi darurat ke pemulihan hingga 30 November 2025.

Kalimantan Tengah: Berdasarkan laporan BPBD, karhutla telah menghanguskan 894,91 hektare, sementara data Kementerian LHK mencatat 1.353,73 hektare. Status siaga darurat telah ditetapkan sejak 29 Juli hingga 20 Oktober 2025. Pemantauan satelit BMKG pada 26 September 2025 pukul 16.00 WIB menunjukkan adanya 94 titik panas di wilayah ini.

BNPB menegaskan akan terus berkoordinasi dengan BPBD di tingkat provinsi dan kabupaten/kota untuk memastikan penanganan bencana berjalan cepat dan tepat. Upaya pendataan, distribusi bantuan, serta pemantauan potensi bencana lanjutan dilakukan secara berkelanjutan demi mendukung keselamatan dan pemulihan masyarakat terdampak.

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama