![]() |
| Tangkapan layar - Bidan Dona Lubis (46) mengarungi derasnya Sungai Batang Pasaman untuk mengobati pasien. ANTARA/HO-Dona Lubis/aa. |
Di tengah keterbatasan akses yang menerpa, kisah dedikasi
seorang bidan desa di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, menjadi sorotan. Demi
menunaikan tugas mulianya, ia tak gentar menyeberangi sungai dengan arus deras,
memastikan pelayanan kesehatan tetap sampai kepada masyarakat di daerah
terpencil.
Ketika Satu-satunya Akses Terputus
Sinuangon dan Batang Kundur, dua wilayah di Nagari
Cubadak Barat, Kecamatan Duo Koto, Kabupaten Pasaman, kini menghadapi cobaan
berat. Akses satu-satunya menuju kedua daerah tersebut terputus, membuat
sekitar 200 kepala keluarga yang bermukim di sana praktis terisolir. Biasanya,
jalur ini hanya bisa dilalui sepeda motor dengan kondisi medan yang ekstrem.
Namun, dengan putusnya akses ini, masyarakat tak punya pilihan lain selain
menyeberangi sungai.
Situasi ini tak hanya berdampak pada aktivitas
sehari-hari warga, tetapi juga menguji komitmen para petugas medis. Salah
satunya adalah bidan desa bernama Dona Lubis (46) yang memilih untuk tetap bertugas, meskipun
harus bertaruh nyawa menghadapi derasnya arus sungai.
"Ada seorang pasien Tb mesti diobati di Kejorongan
Sinuangon. Namun di perjalanan, ternyata jembatannya terputus. Terpaksa turun
ke badan sungai melewati napal tebing yang curam dan mengarungi arus
sungai," ungkap Dona.
Dia mengungkapkan tidak dapat dipungkiri baju basah kuyup
kering di perjalanan menuju Kejorongan Sinuangon."Baju kering di badan
dalam perjalanan. Ini jadi tentangan tersendiri bagi kami tenaga kesehatan
dalam menyelamatkan nyawa masyarakat," tambahnya.
Dedikasi Tanpa Batas
Setiap kali ada warga yang membutuhkan pertolongan medis,
bidan ini harus menyiapkan diri untuk sebuah perjalanan yang penuh tantangan.
Dengan perlengkapan medis yang dibungkus plastik untuk melindunginya dari air,
ia melangkah membelah sungai. Arus yang kuat dan dasar sungai yang licin tidak
menyurutkan tekadnya. Bagi bidan ini, tidak ada jalur alternatif lain yang bisa
ditempuh. Ini adalah bentuk pengabdian dan dedikasi yang tak terhingga untuk
memastikan kesehatan warga tetap terjamin.
Tak hanya bidan, terlihat juga warga, termasuk anak-anak,
berjuang menyeberangi sungai. Mereka saling membantu, bergotong royong memikul
barang bawaan, demi mencapai seberang sungai dengan selamat. Pemandangan ini
menggambarkan betapa gentingnya kondisi yang mereka hadapi setiap hari.
Harapan Akan Perhatian Pemerintah
Kondisi yang memprihatinkan ini tentu saja menyisakan
harapan besar di hati masyarakat. Mereka sangat berharap agar pemerintah daerah
segera turun tangan untuk memperbaiki akses jalan yang terputus. Dengan begitu,
situasi sulit ini tidak akan berlarut-larut dan kehidupan warga di Sinuangon
dan Batang Kundur bisa kembali normal.
Kisah bidan desa ini adalah cerminan perjuangan para
pahlawan tanpa tanda jasa di garda terdepan, yang gigih mengabdikan diri demi
kesejahteraan masyarakat, bahkan di tengah keterbatasan. Ini juga menjadi
pengingat bagi kita semua akan pentingnya pemerataan pembangunan, terutama di
daerah-daerah yang masih terisolir.

Posting Komentar