![]() |
Sumber: Asian News International/Reuters |
Himalaya, tempat sakral yang dikenal dengan puncaknya yang
megah, kini berduka. Banjir bandang yang datang tiba-tiba telah merenggut
puluhan nyawa, meninggalkan duka mendalam dan menyisakan pertanyaan tentang
kerentanan kita di hadapan alam.
Di tengah-tengah perjalanan spiritual para peziarah yang
memadati kota Chashoti, Kashmir, bencana tak terduga menghantam. Hujan deras
yang tiba-tiba melanda, sebuah fenomena yang oleh Departemen Meteorologi India
disebut sebagai 'cloudburst', atau badai awan, mengubah segalanya. Dalam satu
jam, curah hujan mencapai lebih dari 100 mm, volume air yang melampaui batas
normal.
Jalanan yang semula ramai oleh peziarah berubah menjadi
sungai yang ganas. Dinding air bercampur lumpur dan puing-puing meluncur deras
dari lereng gunung, menyapu apa pun yang dilaluinya. Bangunan-bangunan yang
kokoh seolah tak berdaya, roboh dan terseret arus. Kendaraan-kendaraan yang
terparkir rapi kini menjadi puing yang hanyut terbawa banjir bandang.
Video-video dramatis yang beredar di media sosial menjadi
saksi bisu betapa mengerikannya peristiwa ini. Sebuah video memperlihatkan air
bah yang melaju kencang, menelan seluruh pemandangan di depannya. Di balik
setiap rekaman, ada kisah pilu tentang mereka yang terjebak dan terhanyut, yang
kini keberadaannya masih menjadi misteri.
Hingga saat ini, laporan menyebutkan setidaknya 46 orang
tewas dan lebih dari 200 orang hilang. Kebanyakan dari mereka adalah peziarah
yang sedang dalam perjalanan menuju kuil Machail Mata, sebuah kuil yang
disakralkan di dataran tinggi Himalaya. Mereka berkumpul untuk makan siang di
sebuah dapur umum yang tiba-tiba disapu banjir.
Mendengar kabar duka ini, Kepala Menteri Jammu dan Kashmir,
Omar Abdullah, mengungkapkan kesedihannya di media sosial. “Berita ini suram
dan akurat,” tulisnya. "Semua sumber daya yang tersedia sedang
dimobilisasi dari dalam dan luar untuk mengelola operasi
penyelamatan."
Operasi Penyelamatan dalam Keheningan Duka
Di tengah duka yang menyelimuti, operasi penyelamatan tak
kenal lelah terus berlangsung. Personel gabungan dari tentara, polisi, dan tim
tanggap bencana dikerahkan untuk mencari mereka yang hilang. Tim dari Angkatan
Darat dan Angkatan Udara turut serta dalam upaya pencarian dan penyelamatan
ini, menunjukkan tekad kuat untuk menemukan setiap korban.
Bencana ini kembali menjadi pengingat bagi kita akan betapa
rentannya wilayah pegunungan terhadap cuaca ekstrem. Ini bukan kali pertama
bencana serupa terjadi. Awal bulan ini, banjir juga melanda sebuah desa di
negara bagian Uttarakhand, menewaskan sedikitnya empat orang.
Omar Abdullah, sebagai bentuk empati dan penghormatan,
membatalkan beberapa acara yang telah dijadwalkan untuk merayakan hari
kemerdekaan India. Ia memilih untuk fokus pada penanganan bencana dan operasi
penyelamatan yang sedang berjalan.
Banjir maut di Kashmir adalah tragedi yang membekas, bukan
hanya bagi India, tetapi juga bagi kita semua. Ini adalah pengingat bahwa alam
punya kekuatan yang tak terduga, dan kita harus selalu bersiaga dan
menghormatinya.

Posting Komentar