Sebuah peringatan serius datang dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah,
Abdul Mu’ti. Dalam acara peluncuran program Cek Kesehatan Gratis di sekolah, ia
menyampaikan kekhawatirannya terhadap kebiasaan anak-anak bermain game di gawai
khususnya permainan populer seperti Roblox.
“Kalau bisa, jangan dulu main game yang penuh
kekerasan ya, apalagi seperti game blok-blok itu…” ujarnya, merujuk
pada Roblox. Mu’ti menyebut, banyak konten di dalam game tersebut
menampilkan adegan perkelahian, kata-kata kasar, hingga aksi tak mendidik
lainnya yang dapat ditiru anak-anak.
Anak-anak, Peniru Ulung
Mu’ti menilai, pada usia Sekolah Dasar, kemampuan anak
dalam membedakan mana yang nyata dan mana yang sekadar simulasi masih sangat
terbatas. Sementara itu, anak-anak di usia ini dikenal sebagai peniru ulung.
“Kalau di game, banting-bantingan itu dianggap
biasa. Tapi ketika dia menirukan itu ke temannya di dunia nyata, bisa jadi
masalah,” tegasnya.
Untuk itu, ia meminta para orang tua agar tidak sekadar
memberi anak akses ke gawai, tetapi juga mendampingi serta membimbing mereka
dalam menggunakan teknologi secara bijak. “Yang penting itu didampingi.
Jangan sampai anak-anak membuka konten yang tidak sesuai usia,”
tambahnya.
Evaluasi Pemerintah: Belum Ada Blokir, Tapi Sedang
Dipantau
Meski demikian, larangan langsung terhadap Roblox belum
menjadi keputusan resmi pemerintah. Menteri Komunikasi Digital, Meutya Hafid,
menyatakan bahwa belum ada rencana pemblokiran game tersebut untuk saat ini.
“Kita masih evaluasi. Dirjen Pengawasan Ruang
Digital juga terus memantau konten-konten semacam ini,” ujar Meutya di
Istana Kepresidenan.
Senada dengan itu, Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo
Hadi, menegaskan bahwa perlindungan terhadap anak tetap menjadi prioritas
utama. Ia tidak menutup kemungkinan game seperti Roblox bisa diblokir apabila
terbukti memengaruhi perilaku anak secara negatif.
“Kalau memang kontennya melewati batas, tidak ada
keraguan. Kita akan ambil tindakan. Yang penting generasi kita terlindungi,”
katanya.
Pandangan Psikolog: Tak Sekadar Game, Tapi Bisa Picu
Kriminalitas
Kekhawatiran serupa datang dari kalangan psikolog. Endang
Retioningsih, psikolog lulusan Universitas Islam Bandung (Unisba), menilai
bahwa permainan seperti Roblox memang berisiko tinggi terhadap tumbuh kembang
anak. Contohnya adalah mencuri demi membeli item berbayar di dalam permainan. Selain
itu, Endang juga menyoroti bahaya lain, anak bisa berinteraksi dengan orang
dewasa yang tidak dikenal, yang berpotensi membahayakan mereka.
“Kita tidak tahu siapa yang berinteraksi dengan
anak kita, dan itu sangat rentan terhadap resiko predator anak,” jelas Endang.
Sebagai solusi, Endang menekankan pentingnya pengawasan
ketat dari orang tua. Ia juga berpesan agar orang tua tidak sekadar melarang,
tetapi juga memberikan alternatif kegiatan yang konstruktif untuk anak.

Posting Komentar