Akses Darat Terputus, Drop Bantuan ke Wilayah Terisolasi dengan Helikopter

 


Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) sedang gencar melakukan operasi udara untuk mempercepat pengiriman bantuan kemanusiaan ke tiga provinsi yang dilanda banjir parah: Sumatera Utara (Sumut), Sumatera Barat (Sumbar), dan Aceh. Upaya ini menjadi solusi utama, terutama di wilayah-wilayah yang akses daratnya terputus total.

 

Prinsip kerja yang diterapkan adalah berpacu dengan waktu. Polri mengedepankan manajemen logistik yang efisien agar bantuan tidak terhambat kondisi medan dan bisa segera diterima oleh masyarakat yang membutuhkan.

 

Strategi Distribusi Udara: Airdrop dan Pendaratan Langsung

Operasi udara Polri menggunakan dua strategi utama, disesuaikan dengan tingkat kesulitan lokasi:

·         Airdrop (Penerjunan Udara) dengan Helikopter: Metode ini dikhususkan untuk mencapai titik terdalam yang benar-benar terisolasi. Di Sumut, helikopter jenis AW-169 (P-3309) dikerahkan untuk menyasar tiga desa yang terputus total: Desa Pagaran Lambung (Adian Koting, Tapanuli Utara), serta Desa Naga Timbul dan Desa Nauli (Sitahuis, Tapanuli Tengah). Bantuan yang diterjunkan mencakup bahan pangan, pakaian layak pakai, obat-obatan, dan perlengkapan darurat lainnya.

·         Pendaratan Langsung dengan Pesawat Angkut: Untuk pendistribusian logistik dalam skala besar, Polri mengoperasikan pesawat Fokker 27 MK50 dan CN 295. Pesawat-pesawat ini mendarat langsung di bandara setempat, yang berfungsi sebagai pusat distribusi lanjutan.

 

Lebih dari 11 Ton Bantuan Dikirim dalam Dua Hari

Dalam dua hari operasi, tanggal 29–30 November 2025, total pasokan udara yang berhasil dikirim Polri mencapai 11,1 ton. Rinciannya adalah 9 ton pada hari pertama, ditambah 2,1 ton logistik ke Sumut pada hari kedua.

 

Selain itu, untuk memperkuat respons di Aceh, telah dikirimkan 20 ton logistik dari Slog (Staf Logistik) serta 905,5 kg perlengkapan khusus Brimob. Perlengkapan ini vital untuk penanganan di lapangan, mencakup perahu karet, helm, rompi, hingga dayung, yang akan memfasilitasi proses evakuasi di kawasan genangan air.




 

Distribusi Tak Boleh Berhenti

Karopenmas Divhumas Polri, Brigjen Pol Trunoyudo, menegaskan pentingnya menjaga momentum percepatan distribusi ini, terutama selama akses darat belum sepenuhnya pulih.

 

“Hari kedua pemberangkatan udara, kami terus menginventarisasi lokasi yang masih terputus. Sambil menunggu akses darat terbuka, Polri akan terus bekerja sama dengan TNI, BPBD, dan pemerintah daerah untuk memasok bantuan dari udara. Distribusi harus tetap berjalan,” ujarnya.

 

Operasi ini adalah sebuah perlombaan melawan waktu, menekankan kecepatan suplai agar kebutuhan dasar warga dapat tercukupi sebelum pasokan lokal di daerah tersebut habis.

 

Armada Udara Siaga Penuh

Guna mendukung kelancaran operasi, Polri saat ini menyiagakan 3 pesawat angkut dan 14 helikopter yang siap digerakkan setiap saat. Armada ini bertugas untuk evakuasi, pemantauan udara, dan tentu saja distribusi bantuan ke wilayah-wilayah sulit dijangkau.

Penguatan udara juga telah dilakukan di provinsi terdampak dengan menempatkan (dislokasi) armada: 2 helikopter di Aceh, 2 di Sumatera Utara, dan 1 di Sumatera Barat. Konfigurasi armada ini dipilih berdasarkan tingkat urgensi lapangan, cakupan dampak bencana, serta kebutuhan evakuasi dan distribusi logistik yang harus terus berlangsung tanpa henti.

 

Polri hadir baik di darat, laut, maupun udara—memastikan bantuan kemanusiaan bergerak cepat dan terukur, agar masyarakat terdampak dapat segera pulih dan bangkit kembali.

 

Post a Comment

أحدث أقدم